Pasarnarasi.com – Harga sewa sebuah apartemen di Queens, New York, meroket hingga sekitar US$ 3.100 per bulan atau setara dengan ±Rp 52 juta, setelah ditinggal oleh pemilik sebelumnya, yaitu Wali Kota terpilih New York City, Zohran Mamdani. Lonjakan ini bukan hanya memicu sorotan publik, tetapi juga kembali menegaskan kondisi pasar properti sewa kelas atas yang semakin panas dan kompetitif.
Apartemen satu kamar tidur yang berlokasi di kawasan Astoria, Queens ini sebelumnya disewa oleh Mamdani dengan harga lebih rendah sekitar US$ 2.300 atau ±Rp 38 juta per bulan karena perjanjian sewa khusus yang berlaku selama tujuh tahun terakhir. Namun setelah Mamdani memilih pindah ke rumah dinas resmi Gracie Mansion sebagai persiapan pelantikan sebagai wali kota yang dijadwalkan 1 Januari 2026, unit tersebut kini ditawarkan kembali dengan harga sewa yang naik signifikan.
Lonjakan Harga, Sorotan Pasar Sewa Kota Besar
Kenaikan harga sewa sebesar sekitar 35 persen ini terjadi di tengah kondisi pasar apartemen di New York yang memang sedang berada dalam tekanan tinggi. Banyak unit sewa termasuk yang sebelumnya termasuk dalam program stabilisasi harga akhirnya dilepas di pasar privat dengan harga pasaran yang tinggi. Salah satu faktor adalah perubahan kebijakan di New York yang membuat banyak pemilik enggan memasarkan unit melalui layanan resmi dan memilih jalur off‑market.
Fenomena unit sewa yang tiba‑tiba melonjak harganya setelah sebelumnya dihuni oleh tokoh terkenal bukan hal umum, tetapi kasus yang melibatkan pejabat tinggi seperti Mamdani menarik perhatian luas. Zohran Mamdani, yang dikenal sebagai sosialis demokrat dan baru‑baru ini memenangkan pemilihan sebagai wali kota, sebelumnya membela kebijakan agar harga sewa rumah tetap terjangkau dan bahkan mengusulkan pembekuan sewa untuk jutaan penyewa di New York. Strategi itu justru dikritik banyak pihak karena dianggap menciptakan distorsi pasar yang mempengaruhi ketersediaan unit sewa.
Dampak Kebijakan Terbaru terhadap Pasar
Penawaran sewa baru untuk unit yang ditinggalkan Mamdani ini termasuk salah satu contoh nyata bagaimana kebijakan perumahan dan kondisi pasar berinteraksi. Setelah berlakunya Fairness in Apartment Rental Expenses Act (FARE Act) pada pertengahan tahun ini yang melarang biaya perantara banyak broker dan pemilik properti enggan memasukkan unit ke daftar publik. Akibatnya, listing baru turun hingga 77 persen, menurut analisis perusahaan real estat UrbanDigs, sementara transaksi sewa banyak terjadi melalui jalur pribadi atau off‑market.
Kondisi ini, menurut para analis, memicu kenaikan harga sewa secara umum di kota besar seperti New York City, di mana median harga sewa unit kini sudah mencapai angka tertinggi secara historis melampaui US$ 4.000 per bulan. Situasi serupa juga terlihat di kawasan lain di AS, di mana permintaan tinggi bersamaan dengan pasokan yang terbatas turut mendorong pemilik menaikkan tarif.
Sorotan Publik dan Kontroversi
Kasus ini juga menuai kritik dari berbagai pihak. Beberapa pengamat politik dan ekonomi menilai situasi tersebut menunjukkan adanya gap antara retorika politik dan realitas pasar. Kritik muncul terutama karena Mamdani selama kampanye banyak berbicara tentang keterjangkauan perumahan dan pembekuan harga sewa, tetapi unit yang ditinggalkannya kini menjadi salah satu apartemen dengan harga sewa tinggi di kawasan elit.
Pihak oposisi bahkan mengaitkan lonjakan harga sewa ini dengan konsekuensi kebijakan yang tidak diprediksi, di mana keberadaan program stabilisasi sewa bersama dengan larangan biaya perantara malah memicu supply yang menyusut dan harga yang lebih tinggi secara tak langsung. Sementara itu, pendukung kebijakan mengatakan bahwa solusi jangka panjang tetap diperlukan untuk menangani krisis perumahan di kota besar mulai dari pembangunan unit baru hingga reformasi peraturan zoning.
Refleksi Pasar Properti Elit
Fenomena harga sewa Rp 52 juta per bulan ini juga menjadi cerminan kondisi pasar properti elit bukan hanya di New York, tetapi di banyak kota besar di dunia. Permintaan tinggi, ruang terbatas, dan daya beli konsumen yang kuat membuat apartemen premium menjadi instrumen investasi dan gaya hidup yang mahal. Bagi investor dan penyewa kelas atas, unit seperti ini tetap diminati meskipun harga meroket.
Setelah Zohran Mamdani pindah, kenaikan harga sewa apartemen miliknya hingga US$ 3.100 (±Rp 52 juta) mencerminkan tekanan pasar properti sewa di New York City yang semakin panas. Interaksi antara kebijakan perumahan dan dinamika pasar telah menciptakan realitas baru yang memicu keterbatasan pasokan dan kenaikan harga secara signifikan fenomena yang menarik perhatian publik domestik dan internasional.