Pasar Narasi – Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (FT UMS) kembali menunjukkan komitmen kuat dalam pengabdian masyarakat dan pemberdayaan UMKM dengan menyelenggarakan pelatihan inovatif berbasis teknologi kimia. Program ini difokuskan pada pembuatan sabun cuci ramah lingkungan dan teknik ecoprint sebagai salah satu upaya mendorong UMKM untuk menghasilkan produk ramah lingkungan sekaligus menjaga keberlanjutan.
Kegiatan pelatihan tersebut merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat FT UMS dan dirancang untuk memberikan pengetahuan teknis dan aplikatif kepada pelaku UMKM agar dapat memproduksi barang yang bernilai tambah dan minim dampak lingkungan.
Fokus Pelatihan: Sabun Cuci Ramah Lingkungan dan Ecoprint
Dalam pelatihan ini, FT UMS mengajarkan teknik pembuatan sabun cuci berbasis eco-enzyme, yaitu larutan fermentasi dari limbah organik rumah tangga seperti buah dan sayuran sisa. Metode ini menghasilkan sabun yang lebih ramah lingkungan dibanding sabun biasa karena menggunakan bahan dasar organik yang lebih mudah terurai. Program pengabdian semacam ini juga telah diusulkan dalam proposal pengabdian universitas, yang menilai potensi sampah organik sebagai sumber eco-enzyme.
Sementara itu, untuk ecoprint, para peserta belajar mencetak motif alami daun dan bunga pada kain tanpa menggunakan zat pewarna sintetis berbahaya. Ecoprint menjadi pilihan ideal karena menggabungkan kreativitas seni dengan keberlanjutan lingkungan. Teknik ini sudah diperkenalkan oleh Teknik Kimia UMS dalam sejumlah komunitas.
Sasaran Peserta: UMKM dan Komunitas Lokal
Program ini menyasar pelaku UMKM lokal yang tertarik mengembangkan usaha ramah lingkungan, serta individu kreatif yang ingin membuat produk ecoprint. Selain itu, program pelatihan ini juga dirancang untuk membuka peluang usaha baru dengan modal rendah dan dampak lingkungan yang lebih kecil.
Salah satu aspek menarik adalah keterlibatan komunitas rumah sakit jiwa (RSJD) Surakarta. FT UMS bersama mahasiswa dan dosen Teknik Kimia UMS menyelenggarakan workshop ecoprint untuk rehabilitan RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta. Dalam pelatihan tersebut, para peserta mencetak motif alami di atas kain dengan bantuan mahasiswa UMS, dan hasil karya mereka nantinya bisa dijual sebagai bagian dari program pemberdayaan komunitas.
Antusiasme dari peserta cukup tinggi. Dalam pelatihan ecoprint, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan dipandu langsung oleh dosen dan mahasiswa Teknik Kimia UMS untuk melakukan proses mulai dari pemilihan daun dan bunga, penataan motif, hingga proses pemanasan untuk memindahkan warna alami ke kain.
Kolaborasi Kampus: Keilmuan dan Pengabdian dalam Satu Langkah
Para dosen Teknik Kimia UMS memainkan peran vital dalam menginisiasi dan menjalankan pelatihan ini. Mereka memimpin sesi teori hingga praktik, sambil memfasilitasi transfer teknologi kepada peserta UMKM dan komunitas. Keterlibatan mahasiswa sebagai pendamping juga menjadi bagian penting dari program, karena memberi mereka pengalaman langsung dalam pengabdian dan inovasi.
Lebih jauh, kegiatan ini sejalan dengan visi UMS sebagai kampus yang aktif dalam pengembangan program lingkungan. Program “Reuse, Reduce, Recycle” di UMS sudah lama berjalan, di mana limbah organik diolah menjadi produk bernilai seperti ecobricks dan eco-enzyme.
Dampak Ekonomi dan Lingkungan
Dampak dari pelatihan ini diharapkan bersifat ganda: ekonomi dan lingkungan. Dari sisi ekonomi, UMKM peserta dapat menambah lini produk dengan sabun ramah lingkungan dan kain ecoprint, membuka potensi pasar lebih luas, termasuk segmen konsumen yang peduli dengan isu green living.
Dari sisi lingkungan, penggunaan eco-enzyme mengurangi limbah organik rumah tangga serta menghindarkan penggunaan zat kimia berbahaya dalam sabun konvensional. Sementara ecoprint mengurangi kebutuhan pewarna sintetis yang bisa mencemari air dan lingkungan. Teknik ecoprint yang diajarkan juga menggunakan metode yang lebih alami dan minim bahan kimia berbahaya, sejalan dengan prinsip sustainable manufacturing.
Pemberdayaan Komunitas Khusus
Menariknya, pelatihan ecoprint untuk pasien rehabilitasi di RSJD memberikan nilai sosial yang tinggi. Bagi mereka, kegiatan ini bukan hanya sebagai sumber keterampilan, tetapi juga sebagai terapi kreatif dan sarana partisipasi dalam aktivitas produktif. Produk yang dihasilkan dapat dijual di galeri rumah sakit, yang pada gilirannya memberi nilai ekonomi dan sosial kepada peserta.
Keterlibatan mahasiswa juga mendatangkan dampak pendidikan: mereka belajar bagaimana merancang program pengabdian yang nyata dan berkelanjutan, serta memahami kompleksitas produksi bahan ramah lingkungan.
Perluasan Program ke Generasi Muda
FT UMS tidak hanya menyasar pelaku UMKM dewasa, tetapi juga generasi muda. Pada Agustus 2025, tim Teknik Kimia UMS mengadakan pelatihan ecoprint di SMK Muhammadiyah 4 Surakarta. Peserta siswa dari jurusan Kimia Industri dan Farmasi dilatih membuat motif alami pada totebag dengan daun dan bunga, menggunakan teknik pounding (pemukulan) untuk mencetak motif dan proses fiksasi alami untuk mengunci warna.
Tujuan pelatihan ini lebih dari sekadar kreativitas: dosen UMS berharap siswa SMK yang ikut dapat menjadikan ecoprint sebagai alternatif usaha wirausaha berbasis lingkungan setelah lulus. Dengan bekal pengetahuan teknis, mereka bisa menjangkau pasar lebih luas dan ikut mendorong ekonomi kreatif yang ramah lingkungan.
Tantangan dan Peluang
Meski program ini menjanjikan, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi:
- Skalabilitas Produksi
Untuk UMKM kecil, memproduksi ecoprint atau sabun eco-enzyme secara massal membutuhkan skala produksi yang lebih besar dan manajemen kualitas yang lebih ketat. - Pemasaran Produk Hijau
Produk ramah lingkungan sering kali lebih mahal dalam produksi, sehingga UMKM harus pintar dalam menciptakan nilai jual dan menemukan pasar yang bersedia membayar premium untuk ekoproduk. - Sumber Bahan
Ketersediaan daun, bunga, dan limbah organik lokal untuk ecoprint dan eco-enzyme harus dijaga agar produksi tetap berkelanjutan. - Sertifikasi dan Legalitas
Agar produk yang dihasilkan dapat dipercaya konsumen, UMKM mungkin perlu sertifikasi (seperti organik atau ramah lingkungan), yang bisa menambah beban biaya awal.
Namun, peluang juga besar: semakin tingginya permintaan konsumen terhadap produk “hijau”, dukungan kampus, dan potensi kolaborasi lintas sektor (misalnya dengan pelaku wirausaha sosial atau pasar ekspor) bisa membuat ide ini berkembang pesat.
Rencana Ke Depan dan Penguatan
FT UMS menyatakan akan terus memperluas program ini. Pengabdian ke SMK dan komunitas lokal menjadi bagian dari strategi jangka panjang agar konsep ecoprint dan sabun eco-enzyme tidak hanya menjadi proyek sesaat, tetapi imbuhan ekosistem wirausaha berkelanjutan.
Lebih lanjut, UMS berpeluang menjalin kemitraan dengan pemerintah lokal, LSM lingkungan, dan marketplace khusus produk ramah lingkungan agar UMKM binaan bisa lebih mudah menjual produk mereka.
Dosen dan mahasiswa UMS juga telah menyusun modul pelatihan yang bisa diwariskan: materi ecoprint dan pembuatan sabun dikemas dalam bentuk yang mudah diakses, sehingga dapat digunakan kembali untuk pelatihan berikutnya di desa, sekolah, atau komunitas UMKM lain.
Kesimpulan
Inisiatif FT UMS dalam menyelenggarakan pelatihan sabun cuci berbasis eco-enzyme dan ecoprint merupakan langkah nyata dalam mendorong UMKM berkelanjutan. Dengan pendekatan ilmu kimia, kreativitas seni, dan pengabdian masyarakat, program ini tidak hanya menguatkan ekonomi lokal, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan.
Kolaborasi kampus–UMKM–komunitas yang terjalin menunjukkan bagaimana pendidikan tinggi dapat menjadi kekuatan transformasi sosial dan ekonomi, sekaligus memperkuat gerakan wirausaha ramah lingkungan. Di tengah tantangan global terkait lingkungan, langkah FT UMS ini menjadi contoh inspiratif dari inovasi yang berakar di perguruan tinggi dan menjangkau masyarakat luas.