Pasarnarasi.com – Banjir bandang menerjang kawasan wisata kolam air panas Guci, Kabupaten Tegal, dan menimbulkan kepanikan di kalangan pengunjung serta warga sekitar. Peristiwa ini terjadi secara tiba-tiba, dipicu oleh hujan deras yang mengguyur wilayah pegunungan, sehingga debit air meningkat cepat dan meluap ke area wisata. Salah satu dampak paling mencolok adalah hilangnya Pancuran 13, ikon pemandian air panas yang tersapu arus deras.
Suasana Mencekam Saat Air Datang Mendadak
Menurut keterangan saksi di lokasi, air datang dengan cepat dari arah hulu sungai yang berada di sekitar kawasan wisata. Dalam hitungan menit, aliran air yang semula kecil berubah menjadi deras dan membawa material lumpur, batu, serta ranting pohon. Pengunjung yang sedang menikmati pemandian air panas langsung berhamburan menyelamatkan diri.
Sejumlah rekaman video yang beredar memperlihatkan suasana mencekam saat air berwarna cokelat keruh mengalir deras melewati area kolam. Teriakan peringatan terdengar, sementara petugas dan warga membantu mengarahkan pengunjung ke tempat yang lebih aman.
Pancuran 13 Lenyap dari Lokasi
Salah satu dampak paling serius dari banjir bandang ini adalah lenyapnya Pancuran 13, yang selama ini dikenal sebagai salah satu titik favorit pengunjung. Pancuran tersebut dilaporkan rusak berat dan tidak lagi terlihat di lokasi akibat terjangan arus yang kuat.
Pengelola kawasan wisata menyebut bahwa struktur pancuran tidak mampu menahan derasnya aliran air dan material yang terbawa. Hingga saat ini, proses pendataan kerusakan masih dilakukan untuk memastikan kondisi seluruh fasilitas wisata yang terdampak.
Evakuasi dan Penanganan Darurat
Petugas gabungan dari pengelola wisata, aparat setempat, dan relawan segera melakukan evakuasi terhadap pengunjung. Beruntung, sebagian besar pengunjung berhasil dievakuasi tepat waktu. Area wisata kemudian ditutup sementara untuk mencegah risiko lanjutan dan memudahkan proses penanganan darurat.
Selain area kolam air panas, beberapa akses jalan menuju lokasi wisata juga dilaporkan terdampak material banjir. Alat berat dikerahkan untuk membersihkan lumpur dan puing-puing agar jalur evakuasi dan akses logistik dapat kembali digunakan.
Faktor Alam dan Kondisi Lingkungan
Pihak berwenang menjelaskan bahwa hujan dengan intensitas tinggi di kawasan pegunungan menjadi faktor utama terjadinya banjir bandang. Topografi wilayah Guci yang berada di lereng gunung membuat aliran air dari hulu dapat dengan cepat turun ke kawasan wisata.
Selain itu, kondisi tanah yang jenuh air dan alur sungai yang sempit turut memperparah dampak banjir. Pemerintah daerah mengimbau masyarakat dan pengunjung agar meningkatkan kewaspadaan, terutama saat cuaca ekstrem melanda kawasan pegunungan.
Respons Pemerintah dan Pengelola Wisata
Pemerintah Kabupaten Tegal menyatakan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem mitigasi bencana di kawasan wisata Guci. Langkah-langkah yang akan dikaji meliputi perbaikan drainase, penguatan tebing sungai, serta penataan ulang fasilitas wisata agar lebih aman dari risiko bencana alam.
Pengelola wisata juga berkomitmen untuk melakukan perbaikan fasilitas yang rusak, termasuk kajian ulang terhadap keberadaan pancuran dan kolam yang berada dekat dengan alur air. Keselamatan pengunjung disebut menjadi prioritas utama sebelum kawasan dibuka kembali.
Imbauan bagi Wisatawan
Menyusul kejadian ini, wisatawan diimbau untuk selalu memantau kondisi cuaca sebelum berkunjung ke destinasi wisata alam, terutama di daerah pegunungan dan aliran sungai. Pengunjung juga diminta mematuhi arahan petugas serta rambu peringatan yang dipasang di kawasan wisata.
Kesadaran akan potensi bencana alam menjadi hal penting agar kegiatan wisata tetap aman dan nyaman, tanpa mengabaikan faktor keselamatan.
Banjir bandang yang menerjang kawasan wisata kolam air panas Guci Tegal menjadi pengingat akan kerentanan destinasi wisata alam terhadap cuaca ekstrem. Hilangnya Pancuran 13 dan rusaknya sejumlah fasilitas menandai besarnya dampak peristiwa ini.
Ke depan, penguatan mitigasi bencana, penataan kawasan yang lebih aman, serta kesadaran pengunjung menjadi kunci agar wisata Guci dapat kembali beroperasi dengan lebih siap menghadapi risiko alam. Pemerintah, pengelola, dan masyarakat diharapkan dapat bersinergi untuk memulihkan kawasan wisata sekaligus meningkatkan keselamatan bagi semua pihak.