Pasarnarasi.com – Program 3 Juta Rumah kembali menjadi sorotan nasional pada 2025 setelah pemerintah mengumumkan perkembangan positif terkait percepatan pembangunan hunian rakyat. Sejumlah stimulus yang diberikan kepada sektor properti terbukti efektif mendorong peningkatan konstruksi, penyerapan tenaga kerja, hingga perluasan akses masyarakat terhadap rumah layak dan terjangkau. Langkah ini dinilai sebagai salah satu strategi penting dalam menjawab kebutuhan hunian nasional yang setiap tahun terus meningkat.
Stimulus tersebut meliputi berbagai bentuk kebijakan, mulai dari relaksasi pajak, subsidi bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR), hingga kemudahan perizinan bagi pengembang yang fokus menyediakan hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Pemerintah juga memperkuat skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan Tapera sebagai instrumen pendukung pembiayaan. Melalui pendekatan ini, pengembang lebih percaya diri untuk memperluas proyek rumah subsidi, sementara masyarakat memiliki akses lebih besar untuk mengajukan pembelian.
Kementerian PUPR melaporkan bahwa progres pembangunan hunian untuk Program 3 Juta Rumah mengalami peningkatan signifikan dalam kuartal pertama 2025. Realisasi konstruksi tercatat naik lebih dari 20 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini terjadi karena tingginya minat pengembang untuk memanfaatkan insentif yang ditawarkan, termasuk keringanan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk hunian tertentu dan percepatan persetujuan rencana teknis bangunan.
Selain itu, kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan pihak swasta menjadi titik penting dalam keberhasilan program ini. Pemerintah daerah kini lebih agresif memberikan dukungan berupa penyediaan lahan, percepatan penerbitan izin mendirikan bangunan, serta penyamaan tata ruang yang mendukung pembangunan hunian terjangkau. Di sisi lain, bank-bank penyalur KPR subsidi memperluas layanan digital untuk mempermudah masyarakat mengajukan pembiayaan tanpa proses yang berbelit.
Dampak positif dari stimulus ini tidak hanya dirasakan oleh sektor properti, tetapi juga memberikan efek berantai pada perekonomian. Pembangunan rumah mendorong peningkatan permintaan pada industri pendukung seperti material bangunan, furnitur, hingga jasa transportasi. Penyerapan tenaga kerja juga meningkat, terutama di sektor konstruksi yang menjadi salah satu penyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia.
Bagi masyarakat, kebijakan ini membuka peluang lebih besar untuk memiliki hunian pertama. Turunnya biaya DP, cicilan yang lebih terjangkau, hingga proses KPR yang lebih efisien membuat impian memiliki rumah menjadi lebih realistis bagi banyak keluarga. Beberapa calon pembeli mengaku kini lebih berani mengambil keputusan karena tingkat bunga yang lebih rendah serta jaminan pemerintah atas keberlanjutan program.
Para analis properti menilai bahwa 2025 menjadi tahun momentum bagi sektor hunian rakyat. Jika stimulus dapat dipertahankan dan dikembangkan, target Program 3 Juta Rumah diperkirakan dapat tercapai bahkan lebih cepat dari proyeksi awal. Konsistensi kebijakan dan peningkatan kolaborasi antara stakeholder disebut sebagai kunci utama keberhasilan jangka panjang.
Dengan berbagai perkembangan tersebut, pemerintah optimistis bahwa program besar ini tidak hanya menyediakan rumah bagi jutaan keluarga, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup, pemerataan pembangunan, dan mengurangi backlog perumahan nasional yang masih cukup tinggi. Program 3 Juta Rumah kini menjadi salah satu simbol upaya nyata negara dalam menyediakan hunian layak bagi seluruh masyarakat Indonesia.